Rabu, 24 Februari 2010

Semangat Mbah...Rosa!!!

"Nduk...pepaya..." Suara itu...aku surprise mendengarnya. Terlebih di tengah belantara ibukota. Tiba-tiba ingatanku berlari puluhan kilo ke kampung halaman di balik perbukitan. Seraut wajah langsung membayang. Ya,ibu yang biasa memanggilku nduk. Aku memalingkan wajahku ke arah laki-laki tua yang mendorong gerobak sayur. Rambutnya yang ditutupi topi caping memutih, tubuhnya kurus, dan gumpalan daging yang membalut tubuhnya ngelinting.

Senyumnya merekah. Memamerkan giginya yang ompong. "Ayo beli pepaya nduk," ujarnya. Aku kembali memastikan dia memanggilku nduk. "Ayo nduk, dipilih," katanya sumringah. "Pinten pake?" "Wis limang ewu wae nduk sing cilik. Yen sing gede pitung ewu." Kalo lokasinya dekat rumah, pasti aku beli yang besar. Tapi sekarang...Aku berada di Menteng. Membawanya butuh perjuangan. Kalau ingat kata perjuangan kok otakku langsung klik ke lagu bang haji ya..."Perjuangan..." hehehe Melihat aku senyum senyum sendiri, lelaki senja itu ikut terkekeh.

Eh, aku belum memutuskan pilihan. "Pake kulo tumbas ingkang alit mawon," jawabku mantap. "Ora iki wae nduk?" tanyanya. Aku tahu maksud pake. Kalau beli buah yang besar lebih untung, karena beda harganya tipis. Aku menggeleng senyum. "Pake, regane mboten saget kurang to?" tawarku. "Wis patang ewu wae." Kuulurkan uang sepuluh ribuan. "Iki susuke nduk," kata laki-laki berusia hampir 80 tahun asal Tegal itu. Entah kenapa, setelah menawar, tanganku malah enggan menerima kembalian. "Kangge pake mawon," kataku tersenyum. "Waduh nduk, maturnuwun nggih," ucapan terima kasih tulus meluncur dibarengi sebaris doa.

"Arep ning endi nduk?" tanyanya. "Bade wonten stasiun pake." "Ati-ati yo nduk," katanya mendorong gerobak yang isinya tinggal pepaya dua buah dan sekantong plastik jagung. "Pake daleme pundi?" kataku menjajari langkahnya. "Tanah Abang nduk," balasnya. Wowww...ternyata mbah Maridjan eh Mbah Ngarijan ini mendorong gerobak sayuran dari Tanah Abang hingga Menteng. Orang dulu memang kuat-kuat. Seakan membaca pikiranku, mbah Ngarijan pun menegaskan," Aku nggowo gerobak soko Tanah Abang, Nduk." Wah...si mbah ini otot kawat balung wesi. Kemana-mana kuat nggendong gerobak...hehehe Bener-benar pantas menjadi saudaranya Mbah Maridjan....Rosa...rosa rosa....Aku juga rosa lho mbah...kemana-mana bawa tas...:p

Ahaaa....semangat kehidupan itu kembali menyala...dari tubuh renta menjalar ke ragaku. Terima kasih Mbah...Terima kasih Tuhan Penjaga Hati Pemberi Inspirasi...:)

Tidak ada komentar: