Selasa, 07 April 2009

Anak Stasiun


Bocah berusia sekitar 2,5 tahun itu terlelap di atas papan dagangan pada suatu sore di Stasiun Manggarai. Lalu lalang orang dan bising suara Kereta Api tidak mampu membangunkannya. Balita ini adalah anak pedagang kaki lima yang mangkal di stasiun. Seperti stasiun lain di Jakarta, stasiun Manggarai juga diramaikan oleh pedagang kaki lima yang menjajakan aneka penganan ringan gorengan misalnya, minuman, hingga makanan berat seperti tauge goreng, mie instan rebus, siomay, bakso, mie ayam hingga nasi plus lauk pauknya.
Selain diramaikan oleh pedagang, sebagai stasiun, tentunya dipenuhi oleh penumpang KRL. Selain penumpang yang lumayan melimpah, kita juga akan mendapati asap rokok yang jumlahnya tidak kalah. So, bagi penumpang khususnya kaum perempuan yang tidak tahan dengan asap rokok, segeralah menutup hidung anda dengan masker atau tisue. Nah, bagi kaum wanita berjilbab, Anda boleh bergaya seperti Aisya dalam Ayat-Ayat Cinta....Duh...cantiknya...
Di stasiun ini pula, kita kerap menjumpai anak-anak jalanan yang dari berbagai daerah. Suatu sore ketika saya sedang di stasiun Cikini, datang seorang bocah berumur sekitar 9 tahun. "Namanya siapa sayang," kataku setelah memberikan uang kepadanya. "Hilmi," jawabnya singkat. "Kenapa kamu di sini," tanyaku. "Kabur dari rumah, karena Bapak galak," ujarnya. "Kamu sampai di Jakarta sendiri?" "Ya, naik kereta..." ujar Hilmi datar. Ternyata, Hilmi tidak sendiri. Tak berapa lama, muncul temannya Hilmi yang ternyata berasal dari Lampung. Sayang, aku lupa namanya. Penyebab temannya Hilmi menjadi anak jalanan tak jauh beda, tidak betah di rumah karena orang tua galak.
Sedih dan miris hatiku menatap mereka. Sambil bercanda, aku mencoba menyisipkan nilai-nilai kebaikan kepada mereka. Entah nasihat itu sampai ke mereka atau tidak. Yang jelas, sore itu aku dapat satu pelajaran baru. Rawatlah dan didiklah anak-anak dengan kelembutan.....

Tidak ada komentar: